Monthly Archives: February 2011

Psikoanalisis Freud dan Erikson

Standard

Pandangan Freud terhadap psikologi khususnya berkenaan dengan kepribadian manusia lebih didasarkan pada ketidaksadaran dibandingkan dengan keadaan sadar atau unsur-unsur kesadaran seperti para psikolog di abad ke-XIX. Freud menganggap bahwa kesadaran hanya merupakan sebagian kecil saja dari pada seluruh kehidupan psikis. Freud memisalkan psiche itu sebagai gunung es di tengah lautan, yang ada diatas permukaan air laut itu menggambarkan kesadaran ‘conscious’, sedangkan di bawah permukaan air laut – yang merupakan bagian terbesar- menggambarkan ketidaksadaran ‘unconscious’. Dalam ketidaksadaran itulah terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi (Suryabrata, 2002).

Freud juga menganggap kepribadian sebagai produk dari masa kanak-kanak manusia. Dalam aspek-aspek perkembangan kepribadian, Freud menekankan peranan yang menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi. Bagi Freud, kepribadian itu telah cukup terbentuk pada akhir tahun kelima, dan bahwa perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penggabungan terhadap struktur dasar itu (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

A. Struktur Kepribadian
Freud (dalam Hall and Lindzey, 1993) membagi struktur kepribadian kedalam tiga sistem pokok, yakni : id, ego, dan superego. Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanismenya sendiri, namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (tingkah laku hampir merupakan dak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut; jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.

1. Id (The Id atau Das Es) disebut juga oleh Freud sebagai System der Unbewussten, merupakan sistem kepribadian yang asli dalam kepribadian (Freud dalam Suryabrata, 2002). Id merupakan lapisan psikis yang paling mendasar dan merupakan kawasan dimana Eros dan Thanatos berkuasa. Disitu terdapat naluri bawaan, yakni seksual dan agresif, serta keinginan yang direpresi (Freud dalam Bertens, 2006). Id juga merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan reservoir energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menjalankan kedua sistem yang lain. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah dari mana id mendapatkan energinya. Freud juga menyebut id sebagai kenyataan psikis yang sebenarnya, karena id merepresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993). Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Karena itu, apabila tingkat tegangan organisme meningkat, entah sebagai akibat stimulasi dari luar atau rangsangan-rangsangan yang timbul dari dalam maka id akan bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi rendah dan konstan serta menyenangkan. Prinsip reduksi tegangan yang merupakan ciri kerja id ini disebut prinsip kenikmatan atau pleasure principle (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

Untuk melaksanakan tugas menghindari rasa sakit dan mendapatkan kenikmatan, id memiliki dua proses. Kedua proses tersebut adalah tindakan refleks dan proses primer. Tindakan-tindakan refleks adalah reaksi-reaksi otomatatik dan bawaan seperti bersin dan berkedip, dan tindakan-tindakan refleks tersebut biasanya segera mereduksikan tegangan. Organisme dilengkapi dengan sejumlah refleks semacam itu untuk menghadapi bentuk-bentuk rangsangan yang relatif sederhana. Sedangkan proses primer menyangkut suatu reaksi psikologis yang sedikit lebih rumit. Ia berusaha menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan tegangan tersebut. Misalnya, proses primer menyediakan khayalan tentang makanan kepada orang yang lapar. Pengalaman halusinatorik dimana objek-objek yang diinginkan ini hadir dalam bentuk gambaran ingatan disebut pemenuhan hasrat (wish-fulfillment). Contoh proses primer yang paling baik pada orang normal ialah mimpi di malam hari, yang diyakini oleh Freud selalu mengungkapkan pemenuhan atau usaha pemenuhan suatu hasrat. Halusinasi dan penglihatan pasien psikotik atau angan-angan sangat di warnai oleh pengaruh proses primer ini.
Gambaran-gambaran mentah yang bersifat memenuhi hasrat ini merupakan satu-satunya kenyataan yang dikenal id (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

Jelas, proses primer sendiri tidak akan mampu mereduksikan tegangan. Orang yang lapar misalnya, ia tidak dapat memakan khayalannya tentang makanan. Karena itu, suatu proses psikologis baru atau sekunder berkembang, dan apabila hal ini terjadi maka struktur sistem kedua kepribadian, yaitu ego, mulai terbentuk (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

2. Ego (The Ego atau Das Ich) di sebut juga System der Beweussten-Vorbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan objektif (Freud dalam Suryabrata, 2002). Menurut Freud (dalam Bertens, 2006), ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Aktifitas ego bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar, namun sebagaian besar ego bersifat sadar, seperti persepsi lahiriah, persepsi batin, dan proses-proses intelektual. Sedangkan dalam aktifitas prasadar seperti fungsi ingatan, dan aktifitas tentang tak sadar ego dijalankan dengan mekanisme-mekanisme pertahanan (defence mechanisms).

Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan atau prinsip realitas (Realitatsprinzip, atau The Reality Principle), dan bereaksi mengikuti prinsip sekunder (Sekundar Vorgang, atau Secondary Prosess). Tujuan prinsip kenyataan atau realitas adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Untuk sementara prinsip kenyatan atau realitas menunda prinsip kenikmatan, Meskipun prinsip kenikmatan akhirnya terpenuhi ketika objek yang dibutuhkan ditemukan dengan demikian tegangan direduksikan (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993 dan Suryabrata, 2002).

Proses sekunder adalah berfikir realistik, dengan proses sekunder, ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini, biasanya melalui suatu tindakan, untuk melihat apakah rencana itu berhaasil atau tidak. Orang yang lapar berfikir dimana ia dapat menemukan makanan dan kemudian ia pergi ketempat itu. Ini disebut dengan pengujian terhadap kenyataan (reality testing). Untuk melakukan peranannya secara efisien, ego mengontrol semua fungsi kognitif dan intelektual; proses-proses jiwa ini dipakai untuk melayani proses sekunder (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

Ego disebut juga eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya, serta memilih objek-objek yang dapat memenuhi kebutuhan; didalam menjalankan fungsinya ini seringkali ego harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara id dan superego dan dunia luar. (Freud dalam Suryabrata, 2002).

Namun harus diingat, ego merupakan bagian id yang terorganisasi yang hadir untuk memajukan tujuan-tujuan id dan bukan untuk mengecewakannya, dan bahwa seluruh dayanya berasal dari id. Ego tidak terpisah dari is dan tidak pernah bebas sama sekali dari id. Peranan utamanya adalah menengahi kebutuhan-kebutuhan instingtif dari organisme dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya, dimana tujuan-tujuannya yang sangat penting adalah mempertahankan kehidupan individu dan memperhatikan bahwa spesies dikembangbiakkan (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

3. Superego (The Superego atau Dus Ueber Ich) adalah aspek sosiologi kepribadian, yakni merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana diterangkan orangtua kepada anak-anaknya, dan dilaksanakan dengan cara perintah dan larangan dan dengan memberikannya hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman (Freud dalam Suryabrata, 2002 dan Hall and Lindzey, 1993). Dengan kata lain, superego adalah buah hasil internalisasi, sejauh larangan-larangan dan perintah-perintah yang tadinya merupakan sesuatu yang asing bagi anak, akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari anak sendiri (Freud dalam Bertens, 2006). Superego adalah wewenang moral dari kepribadian, superego mencerminkan yang ideal dan bukan yang real, serta memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhatian yang utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian superego dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarkat (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

Superego sebagai wasit tingkah laku yang diinternalisasikan bekembang dengan memberikan respon terhadap hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman yang diberikan orangtua. Untuk memperoleh hadiah-hadiah dan menghindari hukuman-hukuman, anak belajar mengarahkan tingkah lakunya menurut garis-garis yang diletakkan orang tuanya. Apapun juga yang mereka katakan salah dan menghukum anak karena melakukannya akan cenderung menjadi suara hatinya (Conscience), yang merupakan salah satu dari dua subsistem superego. Apapun juga yang meeka setujui dan menghadiahi anak karena melakukannya, akan cenderung menjadi ego-ideal anak, yang merupakan subsistem lain dari superego. Mekanisme yang menyebabkan penyatuan tersebut disebut introyeksi. Anak menerima atau mengintroyeksikan norma-norma moral dari orang tua. Suara hati menghukum orang dengan membuatnya merasa salah, ego-ideal menghadiahi orang dengan membuatnya merasa bangga. Dengan terbentuknya superego ini maka kontrol diri menggantikan kontrol orang tua (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

Jadi, aktifitas dari superego menyatakan diri dalam konflik dengan ego yang dirasakan dengan emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, dan lain sebagainya. Sikap-sikap seperti observasi diri, kritik diri, dan inhibisi berasal dari superego. Bahkan menurut Freud, kompleks oedipus memainkan peranan bsar dalam pembentukan superego (Freud dalam Bertens, 2006).

Fungsi-fungsi dari superego adalah; (1) merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena inilah impuls-impuls yang pernyataannya sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis, (3) mengajarkan kesempurnaan. Jadi, superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego, dan membuat dunia menurut gambrannya sendiri. Akan tetapi superego sama seperti id bersifat tidak rasional dan sama seperti ego, superego melaksanakan kontrol atas insting-insting. Tidak seperti ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting, akan tetapi superego tetap berusaha untuk merintanginya (Freud dalam Hall and Lindzey, 1993).

Mengakhiri deskripsi singkat tentang tiga sistem kepribadian ini, perlu diingat bahwa struktur kepribadian yakni id, ego, dan superego, bukanlah bagian-bagian yang menjalankan kepribadian, melainkan merupakan sebuah nama dari sistem struktur dan proses psikologis yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya system-sistem itu bekerja bersama sebagai team, dibawah arahan ego. Kepribadian biasanya berfungsi sebagai suatu kesatuan dan bukan sebagai tiga bagian yang terpisah. Secara sangat umum id bisa dipanang sebagai komponen biologis kepribadian, sedangkan ego sebagai komponen psikologis dan superego sebagai komponen sosialnya (Freud dalam Alwisol, 2008 dan Hall and Lindzey, 1993).

Erik Erikson adalah seorang psikolog yang merumuskan teori tahap-tahap perkembangan kepribadian manusia sesuai siklus hidupnya. Erikson memperhatikan pemikiran psikoanalisa dari Sigmund Freud dan pendekatan antropologi budaya yang dikembangkan oleh Margaret Mead dan Franz Boas. Menurut Erikson anak-anak dalam setiap sistem budaya akan belajar nilai yang berbeda, tujuan yang berbeda, serta beragam pengasuhan.
Pengaruh ini membentuk bagaimana jiwa anak berkembang. Manusia berkembang berdasarkan siklus hidup yaitu sejak lahir sampai meninggal, melalui delapan tahapan yang berbeda antara lain :
1) Trust vs Mistrust
2) Autonomy vs shame and doubt
3) Initiative vs guilt
4) Industry vs inferiority
5) Identity vs role confusion
6) Intimacy vs isolation
7) Generativity vs stagnation

Nama : Lisa Octarini

Kelas : 2PA07

NPM : 10509984

Sumber : http://www.facebook.com/topic.php?uid=88279714984&topic=13168

http://aryania08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/teori-psiko-analisis-erk-erikson/

Sejarah Kesehatan Mental

Standard
  • Periodesasi perkembangan ilmu kesehatan mental :
  • Zaman Prasejarah

Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll

  • Zaman peradaban awal

1. Phytagoras ( orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental )

2. Hypocrates ( Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental )

3. Plato , menurutnya gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa

Zaman Renaissesus

Pada zaman ini di beberapa negara eropa , para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul

  • ERA PRA ILMIAH

1. Kepercayaan Animisme

Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.

2. Kepercayaan Naturalisme

Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.

Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.

B. ERA MODERN

Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai “lunatics” (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.

Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.

Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mentalhygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement” dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.

Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.

Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi

1) Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan

2) Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya

3) Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental

4) Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.

Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya NationalAssociation for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health dan The World Health Organization.

Sebuah ilmu dengan objek telaah perilaku manusia tidak dapat berdiri sendiri. Jelaskan ilmu apa saja kah yang berperan dalam memahami kesemen menjadi lebih komprehensif :

  1. Antropologi kesehatan
  2. Psikologi kesehatan
  3. Sosial kesehatan

Menurut Weaver :
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)

Psikologi Kesehatan juga mempelajari aspek-aspek psikologis dari pencegahan dan perawatan sakit. Seorang psikologi kesehatan misalnya, membantu mereka yang bekerja di lingkungan yang memiliki tingkat stress yang tinggi untuk mengelola stress dengan efektif, sehingga tekanan yang dialami di lingkungan kerja tidak mempengaruhi kesehatan mereka. Seorang psikolog kesehatan juga dapat bekerja dengan mereka yang sedang menderita suatu penyakit agar dapat menyesuaikan mental dan fisik mereka dengan penyakit tersebut atau untuk mematuhi treatment yang dirancang oleh dokter yang merawatnya.

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
KETERKAITAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN KESEHATAN MENTAL

(1) Kesehatan mental merupakan kunci dari penyesuaian diri yang sehat

(2) Kesehatan mental merupakan bagian integral dari proses adjusment secara keseluruhan

(3) Kualitas mental yang sehat merupakan fundamen yang penting bagi good adjusment

B. PENYESUAIAN YANG NORMAL (WELL ADJUSMENT)

Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal, yang baik, apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama. Penyesuaian yang normal ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Schneiders, 1964: 2740276)

1. Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, tidak mampu mengontrol diri)

2. Absence of psychological mechanisme (terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi, dsb)

3. Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari perasaan frustasi atau kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhannya)

4. Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil)

5. Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan dirinya dalam upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah)

6. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu baik yang terkait dengan keberhasilan maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik)

7. Realistic, objective attitude (mampu menerima kenyataan yang dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk)

C. PENYESUAIAN YANG MENYIMPANG

1. Reaksi Bertahan (deference reaction = flight from self)

Orang ini berusaha mempertahankan diri sendiri, seolah-olah tidak mengalami kegagalan, menutupi kegagalan, atau kelemahan dirinya dengan cara-cara atau alasan-alasan tertentu.

Mekanisme pertahanan diri ini dilatarbelakangi oleh dasar-dasar psikologis, seperti :

a. Inferiority (inferioritas = perasaan rendah diri)

b. The sense of inadequacy (perasaan tidak mampu)

c. The sense of failure (perasaan gagal)

d. The sense of guilt (perasaan bersalah)

Mekanisme pertahanan memiliki beberapa bentuk, yaitu seperti berikut :

a. Kompensasi

Merupakan usaha-usaha yang biasanya tidak disadari untuk menutupi keterbatasan atau kelemahan dengan cara megembangkan respon-respon yang dapat mengurangi ketegangan dan frustasi sehingga dapat meningkatkan penyesuaian individu.

b. Sublimasi

Pengarahan energi-energi drive atau motif secara tidak sadar ke dalam kegiatan-kegiatan yang dapat diterima secara sosial maupun moral.

c. Rasionalisasi

Sebagai upaya mereka-reka alasan untuk menutupi situasi tidak nyaman, tidak dapat diterima, atau merusak, keutuhan pribadi (ego) atau status.

d. Sour Grape (anggur masam)

Sikap menipu diri sendiri (self-deception), sikap sour grape ini merupakan indikasi ketidakmampuan dan kelemahan kepribadian karena mendistori kenyataan.

e. Egosentrisme dan Superiority

Perbuatan pura-pura yang tidak disadari untuk mencapai kualita superior, dan usaha untuk menyembunyikan inferioritasnya.

f. Introjeksi dan Identifikasi

Pertahanan diri ini berusaha untuk memelihara atau melindungi ego dari kelemahannya. Introjeksi merupakan mekanisme dalam mana individu berusaha mengasimilasi kualitas-kualitas yang diingini atau disenangi dari orang lain / kelompok.

g. Proyeksi dan Sikap Mencela

Mekanisme pertahanan diri dimana individu melepas dirinya keadaan yang tidak diinginkan dengan cara mengkambinghitamkan orang lain atau sesuatu dengan penyebabnya.

h. Represi

Merupakan proses penekanan pengalaman, dorongan, keinginan, atau pikiran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan sosial ke alam tak sadar, akrena hali itu mengancam keamanan egonya.

Seorang dikatakan sehat mental jika seorang tersebut tidak menderita kecemasan, depresi, atau bentuk bentuk simtomatologis, sedangkan pengetahuan, kesejahteraan psikologis, mengartikan kesehatan mental sebagai adanya sesuatu yang positif

sehat menurut froid -> apabila struktur id dalam diri manusia, lebih besar dari ego dan superego.

Kepribadian yang tidak sehat menurut froid adalah strukutur ego dalam diri manusia lebih besar dari id dan super ego.

Nama : Lisa Octarini

Kelas : 2PA07

NPM : 10509984

Sumber : http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/kesehatan-mental

Sehat

Standard

Menurut saya, sehat itu menyenangkan. Mengapa menyenangkan?karena apabila kita sedang sakit, aktivitas kita menjadi terbatas, setiap hari harus minum obat yang membuat kita merasa tidak nyaman.

kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia. Kesehatan berperan penting dalam kehidupan setiap manusia, karena :

– kesehatan merupakan  faktor penunjang kualitas sumber daya manusia.

– kesehatan sebagai suatu syarat untuk mewujudkan perkembangan jasmani, rohani (mental), dan sosial yang serasi

– kesehatan sebagai syarat untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap prestasi dan produktivitas.

Dengan menjaga kebersihan lingkungan, menjaga pola makan, dan menerapkan pola hidup sehat,kita akan merasakan nikmatnya hidup sehat.

Nama : Lisa Octarini

NPM : 10509984

Kelas : 2PA07